Sabtu, 25 Mei 2013

Teratai Mustika Yang Cacat 08


Kejayaan dan Ketenaran adakah nilainya? Jika tidak bernilai buat apa taruh terus di hati?

Baik buruknya diri kita bukanlah ditentukan oleh kritikan orang lain, kalau memang diri kita tidak baik, walaupun suratkabar memuat betapa baiknya dirimu, juga tiada gunanya! Sebaliknya bila diri sendiri tidak berbuat kejahatan, suratkabar menulis keburukanmu, maka itu bukan urusanmu dan tidak ada kaitan dengan dirimu! Kita selalu menganggap bahwa kritikan orang lain itu sangat bernilai, sehingga orang lain mengatakan kita tidak baik maka kita akan bersedih hati, dan orang lain memuji kita maka kita merasa sangat senang, boleh dikatakan bahwa setiap hari kita menuruti kritikan orang lain, perasaan pun jadi  timbul tenggelam.

Terutama jika orang lain mengatakan dirimu tidak baik, dan apalagi menfitnah dirimu, maka kita amat bersedih, jika lagi harus mempertahankan sikap, tidak ingin berdebat dengan nya, maka akan lebih tertekan lagi, di saat begini lebih membutuhkan “kesabaran”. Kesabaran begini jika tidak menggunakan sedikit kebijaksanaan untuk memahaminya, mengurainya, terus memaksakan untuk menahan diri, bisa-bisa penyakit pun ikut muncul, sedikitpun tidak  bisa “paramita”. Bila ketrampilan kita cukup, maka kita dapat mempergunakan sudut nilai untuk memahaminya, sesungguhnya hal mana yang telah membuat kita merasa tertekan dan tak ikhlas, di dunia ini adakah hal yang bernilai? Justru hal yang benar-benar bernilai barulah layak dipertahankan! Yang tidak bernilai buat apa taruh di hati?


Pandangan seorang Bhiksu Senior tentang sebuah nilai – Sukacita dan Kebebasan! (Dua kaki memikul satu tabung kotoran)

Saya mengenal seorang Bhiksu senior yang bernama Master Huang-zong, suatu hari beliau duduk di sebuah tempat, ada seorang umat yang berjalan menuju ke tempatnya dan menyapanya, namun sang Bhiksu ternyata tidak menyadarinya, umat tersebut langsung marah-marah : “Dasar Bhiksu tua, dasar kotoran, sengaja tidak peduli padaku”. Kemudian sang Bhiksu malah memujinya : “Ah! Hari ini anda telah membuka kebijaksanaanku! Anda juga tahu bahwa diriku ini dua kaki memikul satu tabung kotoran, setiap hari berlalu lalang ke sana kemari”.  

Kita orang awam bila dimarahi begitu pasti langsung naik pitam dan berdebat dengannya, namun sudut pandang Bhiksu senior dengan kita tidaklah sama. Beliau berpendapat hal ini tidak bernilai diperdebatkan. Maka itu beliau segera memuji orang yang memarahinya itu, kita memang adalah dua kaki memikul satu tabung kotoran, setiap hari berlalu lalang ke sana kemari! Jika timbul amarah dan berkata kasar, maka mulut pun jadi katup tabung kotoran. Kita dapat memahami para Bhiksu senior ini, sudut pandang mereka amatlah berbeda dengan kita, maka itu hal yang membuat kita risau justru dihadapi mereka dengan sukacita dan bebas.

Sesungguhnya, “nilai” itu tidak memiliki kemutlakan, dan kita dapat mengubahnya setiap saat.



Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng :  “Teratai Mustika Yang Cacat”.