Kebiasaan mempengaruhi saat ajal
Saya pernah melihat seorang pasien, yang telah memberiku sebuah pelajaran yang bukan hanya berhubungan dengan sila namun juga memberiku petunjuk “kebiasaan akan mempengaruhi saat ajal”.
Pasien wanita ini berusia sekitar 50-60 tahun, dalam keseharian sangat suka berdandan, sampai saat menjalani opname dan radioterapi, hanya beranjak dari lantai tiga rumah sakit sampai lantai dasar kamar inapnya juga harus memakai lipstik, bercermin sampai puas barulah sudi turun ke lantai bawah. Perlahan sel kankernya telah menggerogoti bagian tulang, salah satu tulang tangannya telah patah, namun dengan sebelah tangan nya yang satu lagi dia berusaha untuk memakai bedak, bercermin. Penampilan nya selalu rapi dan bersih, memang nyaman dipandang orang, memang tak ada yang salah. Namun kebiasaan yang keterlaluan ini akan membawa pengaruh apa saat ajalnya?
Ketika itu saya menasehatinya agar melafal Amituofo, dia juga bersikap hormat dan bersukacita melafal Amituofo, dan lagi dia menyadari penyakitnya sudah parah, dan setiap saat beresiko kehilangan nyawanya, maka itu bertekad lahir ke Alam Sukhavati, dan berpesan agar saat itu saya membantunya melafal Amituofo. Karena rumah sakit kami tidak menyediakan ruangan khusus untuk melafal Amituofo, maka dia segera pindah ke “Rumah Sakit Bodhi”, agar saat menjelang ajalnya lebih memudahkan orang membantunya melafal Amituofo. Sepulang kerja saya menuju Rumah Sakit Bodhi untuk mendampinginya melafal Amituofo.
Suatu hari dia jatuh koma, saya berada disampingnya dan melafal Amituofo, tiba-tiba dia tersadar dan melafal Amituofo. Tiba-tiba dia berkata : “Bila hendak datang dan pergi ke Alam Sukhavati, cepat-cepat datang dan pergi, tidak boleh tak pergi”. Kemudian dia melanjutkan melafal Amituofo! Amituofo! Namun kemudian mendadak berubah menjadi Amituo-fen (bedak), dan berkata : “Fen adalah bedak yang kita pakai!” Dan gaya kebiasaannya memakai bedak pun muncul. Melihat ini saya segera mengingatkan nya : “Kita hendak ke Alam Sukhavati jadi tak perlu pakai bedak, sampai di sana kita telah serupa dengan Buddha, tubuh emas nan wibawa memancarkan cahaya keemasan, lebih bagus daripada memakai bedak, jadi cepatlah melafal Amituofo!” Mendengar ucapanku, dia melanjutkan lagi melafal Amituofo, namun mendadak dia melafal Amituofo jadi “Amituo-hua”, dan berkata : “Hua adalah bunga yang kita rangkai!” dan memamerkan gaya menancapkan bunga di rambut”. Lagi-lagi saya mengingatkan dirinya, dan dia melanjutkan melafal Amituofo. Mendadak dia berkata lagi : “Ah! Saya belum memakai sepatu”, saya mengatakan kepadanya : “Alam Sukhavati sangat bersih, jadi tak perlu memakai sepatu”, barulah dia melafal Amituofo lagi.
Kondisi pasien ini sungguh membuat saya jadi memahami, dalam Atthasila, ada sebuah sila yang berbunyi : “tidak memakai bunga-bungaan untuk mempercantik diri”, yang berarti tidak memakai wangi-wangian atau kosmetik, dan perhiasan, dan berbagai gaya untuk mempercantik diri. Buddha mengajarkan kita melatih diri tidak perlu mengejar penampilan luar, namun yang harus dipercantik adalah batin. Kita sudah cukup melekat pada tubuh ini, melatih diri untuk merelakan saja sudah tidak sempat, maka itu jangan menambah kemelekatan lagi!
Jika seseorang terbiasa berdandan. sepanjang hidup membina kebiasaan ini, maka saat menjelang ajal kebiasaan ini akan muncul keluar, melafal Amituofo juga bisa sampai salah, karena kebiasaan memiliki kekuatan daya tarik! Lihatlah dalam keseharian bagaimana cara kita berpakaian, memakai sepatu, menyikat gigi, tak perlu harus berpikir, kebiasaan ini muncul dengan sendirinya. Maka itu sila yang ditetapkan Buddha adalah untuk membantu diri kita, dalam keseharian melepaskan kebiasaan yang tak perlu, melepaskan diri dari mengejar hal yang salah, mencegah munculnya rintangan di saat ajal. Seperti kasus ini yang sambil melafal Amituofo juga sambil terpikir memakai bedak, memakai bunga, jujur saja bukan hanya masalah melafal Amituofo sampai salah, namun “tekad” dalam hati itu juga bermasalah, “tekad” yang tidak cukup bulat. Sesungguhnya anda bertekad lahir ke Alam Sukhavati atau masih ingin bertumimbal lahir kembali ke dunia untuk berdandan?
Insan yang bersungguh-sungguh bertekad lahir ke Alam Sukhavati, tentunya akan melepaskan kebiasaan yang tak perlu ini, dan tak berminat mengejar kebiasaan ini. Insan yang benar-benar bertekad terlahir ke Alam Sukhavati hanya memerlukan satu kosmetik dengan merek terkenal yakni “Amituofo”, mempercantik batin sehingga hati bersukacita, tulus, sehingga dapat mengembangkan jiwa KeBuddhaan, ini barulah disebut “MAX Factor”.
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai Mustika Yang Cacat”.