Minggu, 26 Mei 2013

Teratai Mustika Yang Cacat 011



Cinta Duniawi --- Hanya Mencintai Diri Sendiri (Munafik)

Sering terdengar pasangan muda yang melantunkan lagu cinta, sampai ketika salah satu dicampakkan, tak perlu membahas sampai menjelang ajal. Jika tidak mencampakkan pasangan nya yang mendadak jatuh sakit, juga akan mempertimbangkan apakah penyakit pasangan nya akan menulari dirinya? Di dalam rumah sakit, banyak pasangan hidup dan pihak keluarga secara diam-diam menanyakan hal ini kepada saya, sehingga pandangan saya terhadap “cinta” benar-benar menggelengkan kepala, benar-benar menyelami sesungguhnya manusia hanya mencintai dirinya sendiri!

Bila seseorang mati dengan mengeluarkan darah, maka sekejab saja bau akan segera menyebar, sulit untuk mendapati ada pihak keluarga yang bersabar untuk melafal Amituofo selama 8 jam, berharap agar jasad secepatnya diantar ke ruang pembeku,  dan segala urusan pemakaman juga diserahkan pada rumah duka, sampai urusan memakaikan pakaian pada almarhum juga tidak berani dilakukan sendiri, juga malas melakukannya.

Saya selalu merasa manusia bila satu nafas berhenti, maka akan menjadi jasad yang menakutkan, lebih tidak berharga bila dibandingkan dengan jasad hewan. Manusia bilang jasad hewan bergizi, sampai menghabiskan uang untuk membelinya.

Honey sejati ----- menyerahkan segalanya ke dalam lautan tekad Buddha Amitabha.

Manusia memiliki perasaan, jika tinggal bersama dalam jangka waktu lama, saat berpisah tentu meninggalkan kesedihan, namun cobalah dengar dengan seksama apa yang ada dalam kesedihan tersebut, hanyalah untuk diri sendiri, jarang yang memikirkan kepentingan orang lain. Lain halnya dengan kisah Lin shi-jie yang memberikan ucapan nya pada saat ajal suaminya, sungguh merupakan cinta sejati yang demi memberi kebaikan pada pasangan nya. Yang telah memahami bahwa dunia ini tak kekal, sehingga kala malapetaka muncul, segera menyelesaikan nya dengan kebijaksanaan.

Walaupun dulunya penampilan Lin shi-jie sehingga orang lain tidak menyangka bahwa dia memiliki keyakinan mendalam pada Buddha Dharma, namun di hatinya dia yakin adanya alam tumimbal lahir, hanya dengan terlahir ke Alam Sukhavati barulah dapat terbebas dari tumimbal lahir, maka itu dengan tanpa keraguan dia berucap : “Honey cepatlah melafal Amituofo, pergilah bersama Buddha Amitabha ke Alam Sukhavati!” Dia takkan menggunakan kebodohan dengan menangis,  namun dengan kata bijaksana dan welas asih agunguntuk menggantikan tangisan, dan yang paling luar biasa adalah menyerahkan semua perasaan cinta melebur ke dalam lautan tekad Buddha Amitabha, menjadi penyelamat dalam arus tumimbal lahir! Menurutku ini barulah Honey sejati.

Serahkan pada Buddha Amitabha tak perlu menangis, meneladani maitri karuna Buddha Amitabha.


Di mata insan duniawi, betapa tidak beruntungnya seorang wanita muda yang kehilangan suami, namun dia yakin akan kekuatan tekad Buddha Amitabha yang selain pasti telah menyelamatkan suaminya, juga akan menjaga seluruh keluarganya, kelak juga akan menjemputnya ke Alam Sukhavati. Setelah melalui bantuan rekan-rekan membantu melafal Amituofo, wajah suaminya yang semula tampak menderita akhirnya tersenyum, karena itu dia merasa tak perlu bersedih dan menangis pilu, semuanya diserahkan kepada Buddha Amitabha! Dia tetap seperti biasa begitu riang gembira, bersemangat melewati hari-harinya, dan yakin akan satu hal yakni mereka akan berkumpul kembali di Alam Sukhavati, bersama-sama melatih diri mencapai KeBuddhaan

Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng :  “Teratai Mustika Yang Cacat”.