Senin, 27 Mei 2013

Teratai Mustika Yang Cacat 020



Segera lakukan introspeksi diri

Kita bisa melakukan introspeksi diri : Apakah dalam keseharian walaupun dikelilingi suara lafalan Amituofo, kita juga bisa emosi? Juga terfokus memikirkan masalah yang menimbulkan kerisauan, tidak mendengar suara lafalan Amituofo (tidak memiliki hati yang penuh hormat mendengarkan irama lafalan Amituofo), ini disebabkan oleh kekuatan kerisauan kita melebihi kekuatan tekad melafal Amituofo, maka itu kita bisa gagal. Coba pikirkan, siapa yang menyuruhmu lebih menyukai kerisauan daripada melafal Amituofo. Siapa yang menyuruhmu lebih sudi emosi daripada bertekad lahir ke Alam Sukhavati? Andaikata kita lebih sudi tinggal di dunia ini dan kemudian senang berdebat serta perhitungan dengan orang lain, tidak sudi melewati kehidupan bahagia di Alam Sukhavati, Buddha Amitabha juga tak berdaya dan menuruti kemauan kita! Mengapa kita tidak sudi memandang Buddha Amitabha namun malah sudi menatap musuh? Mengapa kita tidak sudi mendengar irama lantunan Amituofo namun senang mendengar irama penderitaan? Kita memang sudi untuk terperosok ke dalam kotoran, dan terjalin dengan permusuhan, tak sudi terjalin dengan Alam Sukhavati dan suara lafalan Amituofo, Buddha Amitabha hanya dapat menanti diri kita kalpa demi kalpa.

Siapa yang menentukan kelahiran kita ke Alam Sukhavati?

Saat menjelang ajal,  semua musuh kita akan muncul, namun ini bukanlah masalah besar, namun yang penting ketika bertatap muka dengannya, niat apa yang muncul di benak kita? Apakah kita dapat mengendalikan diri? Kita harus berpikir jernih : niat kita terlahir ke Alam Sukhavati ditentukan oleh kita sendiri atau musuh kita? Ketika musuh muncul, kita juga tetap berwelas asih melafal Amituofo,  jangan biarkan dia menarik kamu ke dalam emosi, asalkan kita gigih berusaha melafal Amituofo, musuh kita juga tak berdaya mempengaruhi kita! Kita hanya mengurus diri sendiri, jangan sampai kebiasaan buruk, jangan biarkan pikiran buruk muncul, inilah yang perlu kita latih dalam keseharian, maka itu yang menentukan terlahir tidaknya kita ke Alam Sukhavati adalah diri sendiri! Dalam satu hari ingin melafal berapa kali nama Buddha, bukanlah hal yang sulit, lagipula jumlah lafalan bukanlah syarat utama yang menentukan terlahir ke Alam Sukhavati. Yang perlu kita latih adalah emosi kita, mampu menenangkan hati melafal 10 kali Amituofo, barulah merupakan hal yang penting, barulah memiliki tekad terlahir ke Alam Sukhavati. Jika tidak, maka akan tertinggal di dunia ini meneruskan amarah, meneruskan menjadi budak dari emosi!


Melepaskan rasa cinta dan rasa benci, menikmati sukacita nan suci.

Mengapa ketika melihat seseorang itu kita jadi tak suka, membenci, namun juga suka melihatnya, sehingga diri kita jadi tak bahagia, juga tak bisa lahir ke Alam Sukhavati?  Mengapa kita tidak menggunakan mata ini untuk melihat Buddha, sehingga timbul sukacita dan terlahir ke Alam Sukhavati? Perlu kita ketahui bahwa rasa benci ketika melihat seseorang itu bukan berarti “membenci alam saha”! Menurut ceramah dari guru sesepuh, yang dimaksud dengan “membenci alam saha” adalah membenci tabiat buruk kita, pikiran jahat kita, bukannya membenci orang lain, tidak suka melihat insan tersebut; bila memiliki pikiran ini menandakan bahwa hati kita sempit, maitri karuna yang tak cukup, barulah melihat orang itu jadi tak suka.

Ada sebuah kutipan penting dari ceramah Upasaka Huang Nian-zu, sebagian orang berpendapat benci dan rindu itu adalah terbalik, sesungguhnya benci dan rindu adalah sama, benci adalah sisi terbalik dari rindu, karena awalnya ada rasa rindu dulu, disebabkan tidak sesuai dengan keinginan, barulah timbul rasa benci. Seperti kasus pasien yang pernah kita ulas sebelumnya, sesungguhnya dia berharap anaknya dapat berkelakuan baik, kerinduannya pada sang anak, keinginan mengharapkan itu, namun anaknya tidak sesuai dengan keinginannya, barulah timbul kebencian dihatinya. Andaikata itu anak orang lain, maka dia tidak berharap, tidak merindukan, juga tak perlu membuang tenaga untuk membencinya, juga takkan dapat mempengaruhinya saat menjelang ajal.

Jika berniat lahir ke Alam Sukhavati maka dalam keseharian harus melatih, pertama, melakukan introspeksi diri, bila kita tak timbul niat pikiran, tidak merindukan sesuatu, harusnya ini adalah hal yang normal, juga tidak merasakan sesuatu itu tidak sesuai dengan keinginan kita. Bila sebaliknya pikiran kita tergerak kemudian mempedulikannya, merindukannya, barulah ada yang tak sesuai dengan keinginan kita. Jika kita berniat terlahir ke Alam Sukhavati maka harus melepaskan rasa rindu dan rasa benci, lepaskan segala “cinta dan benci”, dari cinta akan menjadi benci atau “cinta tapi benci” dan sebagainya, pupuklah pikiran suci barulah dapat menjauhi alam saha, bersukacita menyempurnakan tekad terlahir ke Alam Sukhavati.

Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng :  “Teratai Mustika Yang Cacat”. 

道證法師~《缺陷變寶蓮》