Rabu, 29 Mei 2013

Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 04




Kisah Pasien yang diborgol (bagian 3)

Saya berharap dapat menghadiahkannya kado paling terbesar dan terbaik!
  
Saya mengambil langkah pertama untuk memperkenalkan Buddha Amitabha kepada dirinya, karena kehidupan manusia begitu tak kekal, jalinan jodoh yang mudah berubah, mungkin kesempatan berbicara dengannya hanya ada pada kali ini saja, mungkin selanjutnya kami tidak bertemu lagi, maka itu dalam penderitaan  yang menderanya, saya berharap dapat menghadiahkan nya sebuah kado yang paling besar dan terbaik yakni “Amituofo”,  tentu saja mungkin dia tak bersedia menerima dan mengembalikan kepada saya, ini yang selalu terjadi. Namun asalkan seseorang mendapat kesempatan mendengar kata “Amituofo”, ibarat telah menelan sebutir berlian vajra, benih KeBuddhaan ini akan berbunga dan berbuah, tak peduli setelah melewati berapa lama kemudian. Maka itu tak peduli orang yang setelah mendengarkan anjuranku akan membelalakkan matanya atau menertawakan diriku, namun saya tetap bersukacita melakukannya.


Dengan kesetiaan dan keberanian seorang gangster, melatih Jalan Bodhisattva.

Dia sangat berwelas asih, sikapnya juga baik, dia tidak menertawakan diriku, malah sebaliknya, tak diduga dia memiliki sikap yang serius, saya merasa seorang ketua gangster tentunya memiliki kemampuan, dan kesetiaan, bila sebersit pikiran dapat kembali ke jalan yang benar, dia juga akan berani mengorbankan dirinya demi membantu insan lain, mengamalkan Jalan Bodhisattva, dan lagipula keberanian dan kesetiaan mereka juga melampaui orang biasa. 
  
Maka saya sangat berterimakasih dan berkata padanya : “Menurut perasaan saya, anda adalah insan yang berjiwa ksatria, hari ini kebetulan ada jalinan jodoh baik, barulah ada luka tembakan, walaupun menderita, namun bila dilihat dari sudut lain, ini adalah jalinan jodoh yang baik, karena berkat pengalaman ini, anda jadi menyadari ketidakberdayaan manusia, penderitaan dan ketidakkekalan. Dapat memahami diri sendiri berarti juga dapat memahami insan lain, dengan jiwa ksatria dan keberanianmu, bila dapat menyadari penderitaan dan Buddha Dharma, saya yakin anda juga akan meraih keberhasilan yang serupa dengan kewibawaan maitri karuna Buddha.



Saya yakin anda akan menjadi ksatria sejati!
(Buddha adalah ksatria sejati – menaklukkan diri sendiri, bersabar pada apa yang tidak bisa ditoleransi insan lain)
  
Saya berkata lagi padanya : “Apakah anda pernah melihat di vihara ada papan tertulis kalimat “Aula Mustika Ksatria Sejati”? Buddha adalah ksatria sejati, disebut ksatria karena telah menaklukkan diri sendiri, dapat bersabar pada apa yang tidak dapat ditoleransi insan lain, saya yakin anda kelak juga bisa menjadi seorang ksatria sejati!”


Rupang Buddha adalah untuk mengingatkan kita, agar kembali pada jiwa sejati.

Melafal Amituofo untuk mengubah nasib, membangkitkan pencerahan tiada batas.
  
Sambil berbincang-bincang saya mengeluarkan poster “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”dan memperkenalkan padanya : “Ketika pikiranku sedang kalut, saya suka melihat mata Buddha yang begitu maitri karuna, rupang Buddha ini untukmu, dikala hatimu sedang tak nyaman, cobalah memandang mata Buddha Amitabha, dalam hatimu lafallah Amituofo, mata Buddha amat berwelas asih, setiap saat dapat menenangkan diri kita, menanti diri kita. Di sebelah kiri Buddha Amitabha adalah Bodhisattva Avalokitesvara, yang senantiasa mendengar keluhan penderitaan para makhluk, menuruti suara dan menyelamatkannya, di mana ada penderitaan, Bodhisattva  segera melakukan penyelamatan. Dalam diri setiap makhluk terdapat sebuah mustika, karena berdebu maka dia tidak bisa memancarkan cahaya terang. Dengan memandang rupang Buddha, adalah mengingatkan kita untuk mengembalikan cahaya mustika tersebut.
  
Apakah anda pernah mencoba melafal Amituofo? Manfaatnya bukan saja menenangkan batin namun kondisi tubuh juga akan segera pulih, setiap lafalan adalah untuk mengembalikan cahaya jiwa KeBuddhaan kita, setiap lafalan akan mengubah nasib kita, makin melafal makin berkurang kerisauan, makin bersinar terang. Kehidupan kita cepat lambat akan usai, ketika akan berakhir, asalkan kita bertekad lahir ke Alam Sukhavati, Buddha pasti akan datang menjemput.


Dia memiliki akar kebajikan yang tebal, hanya saja jalinan jodoh yang salah…………
  
Kemudian saya melepaskan tasbih yang ada di tangan dan memberikan padanya, saat itu saya sangat berterimakasih karena dia tak menolaknya, dan bahkan begitu menerimanya, dia langsung mulai melafal Amituofo sambil menghitung tasbih. Saya beranjali memberi hormat padanya, airmataku juga ikut menetes, akar kebajikannya lebih tebal daripada diriku! Hanya saja karena jalinan jodoh yang salah.


Perubahan 180 derajat

Pada malam itu, karena masih ada pasien lain yang juga memerlukan perawatan, maka saya mengakhiri perbincangan dengannya, dia melanjutkan melafal Amituofo sendirian. Keesokkan paginya, ketika suster yang menjaganya berganti giliran, terkejut dan berteriak : “Aiya! 180 derajat berubah! Hari ini dia jadi begitu ramah! Dia tak membentak lagi, namun berkata padaku “Amituofo! Terimakasih”, sungguh membuatku jadi tersanjung!”


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai