Jumat, 24 Mei 2013

Teratai Mustika Yang Cacat 04



Seketika juga menebarkan benih sukacita! (Buat apa menanam bibit kebencian?)

Walaupun dikhianati suaminya, namun Ibu tua senantiasa bersukacita melafal Amituofo, dalam sanubarinya tiada kebencian, sehingga menyempurnakan segala jasa kebajikan. Mengapa ada yang bertemu masalah ini malah memilih marah dan menangis sepanjang hidupnya? Sebaliknya Ibu tua malah memilih menenangkan diri dan bersukacita, menebarkan benih kebahagiaan, sehingga memiliki akhir kisah yang membahagiakan. Sedangkan bagi mereka yang menangis serta membenci, seketika juga menanam bibit penderitaan, kelak buah yang dinikmati juga akan terasa pahit, jadi manakah yang akan anda pilih?

Musuh dan kerabat setara, bersama-sama terlahir ke Alam Sukhavati.

Kembali pada kisah Ibu tua, sang selir yang terbaring sakit berkepanjangan selama lebih dari sepuluh tahun, setelah mendapatkan anjuran nasehat dari anaknya dan Ibu tua, dia pun menyesali perbuatannya, dan melafal Amituofo. Pada permulaan ketika selir baru jatuh sakit, putra kandung Ibu tua yang menanggung seluruh biaya pengobatannya yang begitu mahal, juga bukan karena dia adalah selir ayahnya maka harus diabaikan. Kemudian ada seorang Bhiksu senior yang memberitahu bahwa walau berada dalam kondisi koma, namun selir telah bertobat dan melafal Amituofo.

Setelah belasan tahun terbaring dalam kondisi koma akhirnya selir meninggal dunia, anaknya yang berbakti beserta Ibu tua mendampingi melafal Amituofo. Kekuatan tekad Buddha Amitabha sungguh tak terbayangkan, akhirnya dari wajah selir muncul sebuah senyuman damai, dan kulit wajahnya menjadi mulus terlihat lebih muda 20 tahun sehingga tidak dikenali. sungguh tak berani dipercaya! Ibu tua segera memanggil putri kandungnya untuk membantu melafal Amituofo dan menghibur anak selir. Dan luar biasa pula, upacara berkabung dilaksanakan di  rumah Ibu tua, dan Ibu tua sendiri mewakili keluarga selir untuk mengucapkan terimakasih kepada para pelayat, merupakan hal yang sungguh tak ternilai.

Sudi memaafkan takkan membawa kerugiaan apa-apa, malah dihati setiap insan akan mengalir sebuah kehangatan, para Buddha dan Bodhisattva juga akan tersenyum ria memberi pujian -----“Bodhisattva dalam melakukan persembahan dana, tidak membedakan musuh dan kerabat, tidak mengungkit dendam lama, tidak  membenci orang jahat”.


Keluarga Ibu tua yang penuh maitri karuna telah mengukir sebuah kalimat indah : “ Bersama semua musuh dan kerabat terlahir ke Alam Sukhavati” ; membuat kita memahami welas asih tanpa batas dari Buddha Amitabha; di dunia yang dipenuhi lima kekeruhan, yang penuh dengan perebutan, menyempurnakan tekad Buddha, meninggalkan jejak kesucian, lembaran Sukhavati membangunkan hati insan yang sedang tersesat……

Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng :  “Teratai Mustika Yang Cacat”.