Tekad menjadi kenyataan – Memberi mimpi telah terlahir ke Alam Sukhavati.
Ketika sedang menjalani praktek di rumah sakit, saya selalu berpesan agar saat jam praktek pegawai operator tidak menyambungkan telepon kepada saya, kecuali pasien yang gawat darurat.
Suatu hari ketika pulang kerja pegawai operator menyampaikan kepada saya : “Dokter Guo, tadi ada seorang nona dari sebuah agency mencari anda, saya telah memintanya meninggalkan nomor telepon”. Setelah mengucapkan terimakasih, kemudian saya membalas menelepon nona tersebut, kemudian dia menceritakan kepada saya bahwa dia hanya mewakili seorang teman nya yang tinggal di Kaohsiung, tak berapa lama terdengar suara seorang pria : “Amituofo Dokter Guo! Apakah anda masih ingat saya anak Tuan Jiang, Ibuku penderita Uremia, beberapa tahun yang lalu telah keluar masuk dan gonta-ganti rumah sakit, akhirnya sampai ke rumah sakit Zong-he namun tidak sempat tertolong nyawanya dan kebetulan bertemu anda, kemudian anda mendampingi melafal Amituofo, apakah anda masih ingat?“
Saya jadi teringat, kemudian pria itu melanjutkan lagi : “Kemudian kami pulang ke rumah, dan melanjutkan melafal Amituofo buat mama, malamnya beberapa anggota keluarga dalam waktu bersamaan bermimpi Bodhisattva Avalokitesvara membawa mama pulang, berkata pada kami bahwa beliau telah terlahir ke Alam Sukhavati dan berpesan agar kami berterimakasih, namun ketika kami hendak mencari anda, pihak rumah sakit mengatakan anda sedang ke Nepal dan kemudian pindah ke Taichung, karena pesan mama maka kami menelepon anda”.
Walau telah divonis mati, namun anak berbakti tetap ingin menyelamatkan sang bunda.
Setelah mendengar percakapan telepon, saya meneteskan airmata, teringat saat itu di Unit Gawat Darurat, kami kedatangan pasien wanita lansia yang tidak memiliki denyut nadi lagi, wajahnya menghitam, para dokter telah memberikan usaha terbaik untuk menyelamatkannya, namun pasien sama sekali tidak memberikan respon apapun, maka itu dokter pun memberikan vonis bahwa pasien telah mati.
Namun pihak keluarga tidak sudi menerima kenyataan ini, dan memohon agar dokter berusaha lagi. Melihat kondisi anak-anaknya yang berbakti, saya jadi turut bersedih.
Bila dia adalah ibu kandungku, saya akan melafal Amituofo buatnya.
Karena khawatir sang pasien mendapatkan hasil yang tidak sepatutnya, saya berkata pada anak-anaknya : “Saya tahu kalian amat berbakti, berharap mama dapat hidup kembali, selama ini kalian dapat menjaganya sungguh hal yang langka. Namun bila hari ini beliau adalah ibu kandungku, saat ini juga saya takkan meminta untuk memasangkan selang oksigen lagi, karena sudah tak tertolong lagi nyawanya, hanya akan menambah beban penderitaan nya lagi; jika dia adalah ibu kandungku, saya juga takkan menangis untuknya, karena dengan menangis dia juga akan ikut bersedih, saya akan menasehatinya untuk melafal Amituofo, mengikuti Buddha Amitabha ke Alam Sukhavati, jangan lagi menderita di alam tumimbal lahir, saya akan melafal Amituofo buatnya. Saya tidak tahu apakah di antara keluarga kalian ada yang percaya pada ajaran Buddha? Saya adalah umat Buddha, saya berharap setiap insan dapat terlepas dari penderitaan, saya juga adalah seorang dokter, juga berusaha semaksimal mungkin. Melafal Amituofo memiliki makna yang dalam, saat ini tidak mungkin menjelaskan pada kalian, namun saat ini yang terpenting adalah melafal Amituofo”.
Menggenggam kesempatan membantu melafal Amituofo
Harapan selama 20 tahun akhirnya terpenuhi
Kemudian saya pun mulai melafal Amituofo, beberapa saat kemudian saya membuka mata dan melihat semua anggota keluarga juga amat serius beranjali dan ikut melafal Amituofo, kemudian salah satu anaknya berkata : “Di rumah kami hanya mama seorang yang percaya pada ajaran Buddha, kami anak-anaknya tidak percaya, mama telah sering menasehati kami agar melafal Amituofo, namun kami tidak pernah menurutinya. Tak disangka setelah keluar masuk beberapa rumah sakit, akhirnya sampai di sini bertemu dengan anda yang membantu melafal Amituofo serta menasehati kami melafal Amituofo, tak disangka mama yang telah lebih dari 20 tahun bervegetarian dan menyembah Buddha, akhirnya harapannya terkabul!”
Ada tekad pasti dapat terkabul! Benih benar maka buah pun benar (Tak perlu risau)
Perkataan anak ini, memberiku semangat dan keyakinan yang besar, kekuatan manusia sungguh tak terbayangkan. Ibu ini walaupun menderita sakit namun masih berusaha untuk membulatkan tekad agar harapannya terkabul.
Ada insan yang ingin terlahir ke Alam Sukhavati, namun selalu khawatir apakah bisa berhasil terlahir, atau saat menjelang ajal adakah yang datang membantu melafal Amituofo, ini namanya tekad yang tidak sempurna. Para guru sesepuh telah memberitahukan kita bahwa syarat utama untuk terlahir ke Alam Sukhavati adalah keyakinan dan tekad, kita harus yakin pada Buddha Amitabha dan diri sendiri, dengan keyakinan kita menabur benih secara benar, maka buah yang akan kita petik juga benar.
Bila kita dengan tulus ingin ke Alam Sukhavati, Buddha Amitabha akan mengetahuinya, saat menjelang ajal tentunya akan mengatur agar ada insan yang membantu kita agar bisa terlahir ke Alam Sukhavati tanpa rintangan, jadi tak perlu risau! Kita hanya perlu dalam keseharian melafal Amituofo dengan keyakinan dan bertekad, berusaha membantu insan lain agar terlahir ke Alam Sukhavati, sesuai dengan hukum sebab akibat, maka saat menjelang ajal tentunya akan ada jalinan jodoh baik yang membantu kita membangkitkan pikiran pada Buddha Amitabha dan tanpa halangan tiba di Alam Sukhavati. Walaupun ada karma buruk, dan penderitaan karena penyakit, namun walau bagaimana pun juga, asalkan gigih berjuang, tekad kita pasti terwujud!
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai Mustika Yang Cacat”.