Jumat, 31 Mei 2013

Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 015



Membahas beberapa tradisi kepercayaan (bagian 2)


Apakah harus memilih hari baik dan waktu keberuntungan?


Banyak orang yang memilih hari baik dan waktu keberuntungan ; saat peresmian, pernikahan, apakah ketika anda hendak minum air dan masuk toilet juga harus memilih waktu baik terlebih dahulu? Kalau memang hebat, harusnya saat mati juga harus pilih hari baik dan waktu keberuntungan.


Orang baik tidak memiliki waktu sial, orang jahat tidak memiliki hari baik

Berbuat kebajikan---setiap hari adalah hari baik; melafal Amituofo---setiap detik adalah waktu sejahtera.


Ada pepatah yang mengatakan : “Orang baik tidak memilki waktu sial, orang jahat tidak memiliki hari baik”. Insan baik menggunakan hati yang bajik, malapetaka akan berubah menjadi sejahtera, karena itu orang baik tidak memiliki hari sial. Orang yang sering berpikiran jahat, memancarkan pikiran negatif, maka itu orang jahat tidak memilki hari baik. Asalkan memperlakukan orang lain dengan pikiran benar dan hati yang tulus, tak perlu memilih hari, setiap hari adalah hari baik, setiap detik adalah waktu keberuntungan. Jika berhati jahat, maka walaupun memilih hari dan menghamburkan banyak uang mengundang orang pandai melihat hari, maka tak mungkin terpilih hari baik. Karena waktu tidak memiliki ketetapan, tergantung dari cara manusia menggunakannya, bila menggunakan waktu dengan baik, bisa melatih diri, maka hari pun jadi baik, namun sebaliknya tidak menggunakan waktu dengan baik, berbuat jahat, tentunya diri sendiri telah menciptakan “waktu sial”.


Menyembah Buddha perlu memilih hari baik?


Banyak orang yang suka mengikuti kepercayaan tradisi sampai menyembah Buddha juga harus piih hari baik, tidak mengetahui bahwa sebersit niat pikiran ingin menyembah Buddha adalah paling baik dan paling sejahtera. Sebersit niat pikiran ingin menyembah Buddha, dapat mengubah kondisi, dari yang buruk ke kondisi yang sejahtera. Maka itu tidak perlu membedakan hari baik atau hari buruk, menyembah Buddha adalah hari baik.


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai



Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 014



Membahas beberapa tradisi kepercayaan (bagian 1)


Mengapa harus membawa daun dan rumput untuk menangkal hawa jahat?


Banyak praktisi Nian-fo tidak membangkitkan keyakinan sepenuhnya pada Buddha Amitabha dan Buddha Dharma dengan benar, dan malah percaya pada tradisi, bahkan begitu kuat sampai tak tergoyahkan.


Misalnya : banyak orang percaya bahwa “rumput” dapat menangkal hawa jahat, maka itu ketika mengunjungi orang sakit, membantu melafal Amituofo, atau melayat, harus membawa beberapa helai daun di kantong, untuk mencegah………sebenarnya apa yang harus dicegah, dia saja tidak tahu, kesimpulannya, mereka hanya takut pada benda yang berunsur yin, mari kita membahas jalan pemikiran orang yang suka membawa helaian daun dan rerumputan :


(1) menandakan dalam hatinya ada ketakutan, takut kalau dengan mengunjungi orang sakit atau melayat, akan merugikan diri sendiri; takut orang sakit dan orang meninggal memiliki hawa jahat yang akan mencelakai dirinya. ini sangat jelas,  ya,  “demi melindungi diri sendiri”,  belumlah dapat membangkitkan niat untuk memberi manfaat pada orang lain, keyakinan terhadap kekuatan cahaya maitri karuna sangatlah lemah.

(2)  menandakan bahwa tidak memiliki keyakinan pada kekuatan melafal Amituofo, walaupun melafal Amituofo, dia sangat takut kalau kekuatan Buddha tak bisa menahan hawa jahat. Di dalam hatinya, Buddha tak sebanding dengan sehelai daun atau rumput, karena itu tak bisa mengandalkan kekuatan Nya, maka itu memilih daun dan rumput sebagai pelindungnya.

(3)   menandakan dia begitu percaya pada kekuatan daun dan rumput, sehingga mengandalkan kekuatan daun dan rumput.

(4)   menandakan dia takut hantu, dia tidak membangkitkan maitri karuna dan tekad untuk menyelamatkan. Dia mengandai-andaikan hantu itu galak, berhawa jahat, dan dapat mencelakai dirinya, sesungguhnya dia sungguh tak memiliki toleransi pada hantu.

   

Hawa jahat hasil ciptaan pikiran, ketakutan berasal dari pikiran, hantu juga diciptakan oleh pikiran.


Anda sekalian jangan meremehkan cara pemikiran orang yang “membawa jimat daun dan rumput” ini. Niat dan tindakan yang kecil ini, telah menandakan dia “tidak yakin pada Buddha”, ini masalah serius, yang juga menandakan bahwa dia belum membangkitkan Bodhicitta, terlebih-lebih tidak yakin pada kekuatan dirinya dalam melafal Amituofo, sehingga harus meminta bantuan pada orang lain, pelindung yang lain. Tidak mengetahui bahwa “Hawa jahat berasal dari pikiran, hantu diciptakan dari pikiran”, karena egois, tidak memiliki maitri karuna maka pikiran semakin berhawa jahat. Niat serakah, akan mengundang channel setan. Memiliki keyakinan yang sembarangan juga adalah hawa jahat. Jika sebaliknya dapat membangkitkan keyakinan melafal Amituofo, maka takkan timbul hawa jahat, menciptakan bayangan hantu. Anda perlu tahu mencari hantu di dalam cahaya adalah hal mustahil, hanya dalam kegelapan batin dan khayalan barulah ada banyak bayangan hantu. Asalkan batin bercahaya maka takkan ada kegelapan. Dengan pikiran benar melafal Amituofo, maka takkan berkhayal dan sembarangan berpikir, maka hantu juga takkan muncul.


Melafal Amituofo perlu yakin pada diri sendiri, yakin pada kekuatan Buddha, hati tiada kekhawatiran.


Kita harus memahami bahwa Buddha memenuhi semua ruang dan waktu, kemampuannya juga memenuhi seluruh ruang dan waktu, tanpa batas.  Demikian pula dengan pikiran kita,  luasnya juga tanpa batas, kekuatannya juga tak terhingga.    Seorang praktisi harus yakin akan kekuatan pikiran sendiri yang tiada batas ini, dan meyakini Buddha adalah mengembangkan yang tak terhingga ini, meyakini Buddha dan diri sendiri, dengan kekuatan keyakinan membangkitkan kekuatan pikiran, sebersit niat pikiran memiliki kekuatan tak terhingga.       


Namun sayangnya kita lebih suka menfokuskan pikiran ke tubuh maya ini, sehingga kekuatan pikiran juga jadi menyusut, selalu merasa takut dan khawatir, sepertinya seluruh dunia hendak mencelakai diriku; takut pada orang, takut pada anjing, takut gelap, takut hantu, takut mati……;   sebelum memperoleh ingin mendapatkan, setelah mendapatkan takut kehilangan.  Sesungguhnya sepanjang hidup, tidak ada yang kita peroleh dan kehilangan, sepanjang hidup selalu mengkhawatirkan ini dan itu, juga takkan memperoleh apa-apa.


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai


Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 013



Tiga kalimat baik Song Jing-gong, usianya diperpanjang 21 tahun.


Dalam kitab “Shi-ji” tertera tentang tiga kalimat baik dari Kaisar Song Jing-gong (tiga pikiran bajik yang besar) sehingga memperpanjang usianya 21 tahun. Pada waktu itu ahli perbintangan Negeri Song melihat ramalan bintang bahwa akan terjadi malapetaka pada Kaisar Song Jing-gong, yakni ajalnya akan tiba. Song Jing-gong sendiri juga amat gelisah. Ahli bintang mengusulkan cara agar malapetaka ini beralih menimpa perdana menteri. Namun begitu mendengar hal ini Song Jing-gong yang tidak egois, malah berkata : “Perdana menteri ibarat tangan dan kakiku, mana boleh melukainya?” Dia rela menanggung nasibnya ini. Ahli bintang mengusulkan lagi, mengalihkan bencana ini kepada rakyat, namun Song Jing-gong yang hampir mendekati ajal tetap masih memiliki welas asih, dia segera berkata :”Keberadaan seorang kaisar adalah berkat dukungan dari rakyatnya, bertanggungjawab  pada rakyatnya, mana boleh mencelakai mereka?” Dia rela menanggungnya sendiri.


Ahli bintang mengusulkan lagi, bagaimana kalau mengalihkan malapetaka ini kepada waktu panen, lagi-lagi Song Jing-gong berwelas asih berkata : “Rakyat mengandalkan panen untuk melanjutkan hidupnya, jika hasil panen tidak bagus, rakyat akan kesusahan”, dia tidak rela melihat bila rakyatnya harus menderita, lebih baik dia sendiri yang menanggung malapetaka ini. Song Jing-gong menghadapi detik ajalnya dengan maitri karuna, gelombang pikiran ini memiliki kekuatan yang amat besar, ahli bintang juga ikut terharu, dan berkata:”Dengarkanlah oh langit nan tinggi di sana, kaisarmu yang dapat mengucapkan tiga kalimat baik ini, rasi bintang juga akan tergerak. (pancaran gelombang pikiran dapat merubah rupa), tidak lama kemudian rasi bintang bergerak tiga kali, menurut aturan perbintangan, usianya bertambah 21 tahun.


Gelombang pikiran --- mengubah kondisi dan nasib


Dapat dilihat bahwa “nasib”ada dalam niat pikiran, pancaran gelombang pikiran yang kuat dapat mengubah kondisi. Andaikata Song Jing-gong amat egois, ingin mengalihkan malapetaka kepada insan lain, tak peduli apakah ahli bintang berhasil melakukannya atau tidak, namun niat jahatnya itu pasti akan menimpa dirinya sendiri, menambah kecepatan malapetaka untuk segera menimpa dirinya.  Karena itu anda sekalian jangan meremehkan tiga pikiran baik tersebut, kekuatan dari tiga kalimat, niat pikiran barulah kekuatan yang sebenarnya. “Raja Pikiran” barulah pemimpin yang dapat memerintahkan pergerakan rasi bintang, untuk mengubah nasib, tak perlu memohon kepada orang lain, pikiran benar dan hati tulus, dengan sendirinya nasib pun berubah. Melafal Amituofo, setiap lafalan akan mengubah nasib, dengan ketulusan hati melafal berkesinambungan, dengan sendirinya akan makin bercahaya dan sejahtera.


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai



Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 012


Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu  (bagian 3 - tamat)


Mengapa bisa menjadi setan? Hati-hati, jangan sampai menjadi setan!

Mengapa bisa jatuh ke alam setan? Harus dipahami di mana kita terlahir adalah ditentukan oleh “gelombang pikiran” yang kita pancarkan, bila dalam keseharian gelombang pikiran kita beragam, maka tergantung gelombang mana yang paling banyak, maka itulah yang menghasilkan kekuatan daya tarik yang besar, menarik kita ke alam tersebut.


“Keserakahan” juga adalah gelombang pikiran, maka channel yang keluar adalah alam setan. Bila dalam keseharian sangat serakah, menjelang ajal merindukan orang yang disayangi, maka akan jatuh ke alam setan.  Setan lebih menderita daripada manusia dan hewan. Maka bagi yang tak ingin jadi setan, jangan memancarkan gelombang pikiran “serakah”. Serakah pada makanan, suka tidur, suka ketenaran, serakah akan keuntungan, suka mengambil keuntungan dari orang lain, suka dipuji, suka rupa rupawan, semua ini memperkaya “pancaran gelombang pikiran serakah”, yang berarti mempersiapkan diri untuk menjadi setan.  Asalkan muncul satu niat pikiran “serakah”, tak peduli tamak akan apa saja, juga sedang memancarkan gelombang ke channel alam setan, dan bila gelombang pikiran ini semakin banyak maka pancarannya semakin kuat, sampai menjelang ajal pun masih terus memancarkan gelombang ini, maka tentu saja channel yang bertepatan dengannya adalah Alam Setan. Maka itu ketika timbul niat serakah, cepatlah ganti dengan melafal Amituofo, mengubah pancaran gelombang pikiran ke arah lain.


Merasakan apa yang dirasakan makhluk lain, jangan ada sikap penolakan/benci


Mari kita mengambil contoh lagi, bila bunga dan rerumputan ada hantunya, apakah dengan menyingkirkan bunga tersebut, maka hantu jadi bisa lenyap? Bila kita tidak membangkitkan maitri karuna pada hantu, hanya ingin menyingkirkannya jauh-jauh, hantu pun akan berbalik membenci kita, kita harus merasakan perasaan makhluk lain, bila orang lain ingin menyingkirkan kita, kita juga merasa tak senang.


Insan yang tak memiliki maitri karuna barulah disebut yin dan kegelapan.


Lagipula, jika gara-gara takut hantu dan hendak memberikan tanaman bonsai itu kepada insan lain, bukankah ini berarti anda ingin “memberikan hantu kepada orang lain” agar orang lain juga menjadi ketakutan? Bukankah ini namanya tak memiliki maitri karuna? Orang yang di dalam hatinya tidak ada cahaya maitri karuna, adalah gelap gulita, ini berarti telah menjadikan hati sebagai hantu yang gelap. Sebersit niat pikiran buruk barulah disebut unsur yin.


Setan juga memiliki benih KeBuddhaan, juga bisa mencapai KeBuddhaan.

Dengan pikiran maitri karuna melafal Amituofo, setan jadi sukacita dan akan melindungi.


Jika kita dapat melafal Amituofo dengan hati maitri karuna, hantu yang ada di sekeliling kita, juga akan memperoleh pancaran cahaya Buddha, sehingga terlepas dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan. Hantu juga memilki benih KeBuddhaan, jadi juga bisa mencapai KeBuddhaan, kita seharusnya berdoa dengan tulus agar mereka juga memiliki kesempatan untuk mendengarkan Dharma, ber-Trisarana dan membangkitkan Bodhicitta, dan menerima penyelamatan dari Buddha Amitabha, berkat kekuatan Buddha terlahir ke Alam Sukhavati, melepaskan penderitaan memperoleh kebahagiaan buat selama-lamanya, melatih diri dan mencapai KeBuddhaan. Lagipula, setan juga akan menghormati dan melindungi praktisi Nian-fo, kita melafal Amituofo dan melimpahkan jasa kebajikan ini kepada semua makhluk, setan juga akan memperoleh manfaat, membangkitkan pikiran bajik untuk melindungi kita.


Keyakinan yang paling berharga, adalah keyakinan pada Buddha.

Jangan percaya pada unsur yin dan kegelapan, menyia-nyiakan kehidupan.


Jadi tak peduli adanya hantu atau tidak, atau bertemu dengan unsur yin atau yang, seharusnya tetap membangkitkan keyakinan melafal Amituofo, jangan menggunakan kehidupan yang sungguh berharga ini untuk mempercayai pemikiran yang tak masuk akal. sehingga menjadi panik dan ketakutan, sampai-sampai terbawa ke alam mimpi menjadi mimpi buruk, bukankah ini disebut sudah jatuh tertimpa tangga pula?


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai

道證法師 ~ 黑社會變蓮池海會

Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 011



Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu  (bagian 2)


Yang harus disingkirkan adalah unsur yin yang ada di pikiran dan cara pemikiran yang salah.


Pemikiran salah ini, serta rasa seram yang ada di pikiran, barulah yang disebut “unsur yin dan kegelapan”, ini yang harus kita buang, jadi bukan tanaman, namun pemikiran yang salah dan kegelapan batin.


Dengan melafal Amituofo – unsur yin dan yang juga tersinari oleh cahaya Buddha.


Kita melafal Amituofo, hati kita harus terjalin dengan cahaya terang, harus memahami : tak peduli unsur yin atau yang, dengan melafal Amituofo semuanya jadi tersinari cahaya Buddha, semuanya dapat terlahir di alam yang senantiasa bercahaya, maka itu apa lagi yang perlu ditakuti?


Melafal Amituofo mendapat perlindungan dari para Buddha di sepuluh penjuru.

Memancarkan cahaya terang nan berwibawa, kekuatan yang tiada batas.


Buddha membabarkan bahwa seorang praktisi Nian-fo yang memiliki keyakinan dan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, diselilingnya senantiasa berada 25 Bodhisattvaya Mahasattvaya yang setara dengan Bodhisattva Avalokitesvara, siang malam terus memberi perlindungan, bukan saja jadi selamat, namun juga jadi sejahtera. Satu Bodhisattva saja bisa menyelamatkan roh hantu yang tak terhitung jumlahnya apalagi 25 Bodhisattvaya Mahasattvaya.


Dalam Amitabha Sutra juga tertera bahwa jika ada putra berbudi, putri berbudi, yang mendengar pembabaran Amitabha Sutra, menerima dan mengamalkannya, dan juga pernah mendengar nama Buddha Amitabha, maka semua Buddha di seluruh penjuru alam akan melindungi praktisi ini. Sehingga dapat dikatakan praktisi yang melafal Amituofo dikelilingi oleh semua Buddha dan Bodhisattva, senantiasa dilindungi dan dituntun cahaya Buddha.


Semua Buddha di sepuluh penjuru akan melindungi praktisi yang melafal Amituofo, sehingga begitu banyak cahaya dan kekuatan yang memberi perlindungan, mengapa harus takut pada hantu? Bila menempatkan Buddha dibelakang hantu, apakah tidak aneh?


 Hantu dan manusia serta hewan adalah sama-sama makhluk di alam tumimbal lahir.

Mereka juga adalah anak-anak Buddha yang hendak diselamatkan Nya


Alam Hantu juga termasuk dalam enam alam tumimbal lahir, makhluk di enam alam ini memiliki rupa yang berbeda, misalnya televisi bisa menampilkan tayangan yang berbeda ketika anda mengalihkan channelnya. Masing-masing channel memancarkan gelombang pikiran yang berbeda. Semakin bajik gelombang pikiran yang dipancarkan maka alam yang dituju akan makin bahagia, sebaliknya semakin buruk gelombang pikiran yang dipancarkan, maka alam yang dituju juga akan semakin menderita.

Enam alam tumimbal lahir adalah Alam Surga, Alam Manusia, Alam Asura, Alam Binatang, Alam Setan, Alam Neraka.


Setan lebih menderita daripada manusia, lebih tak berdaya untuk bertahan hidup.


Hantu lebih menderita daripada manusia, lebih tak berdaya untuk bertahan hidup, dunia mereka senantiasa gelap dan harus menahan lapar, maka itu disebut “alam setan kelaparan”. Tentunya di alam setan juga ada setan yang memiliki berkah (masa lampau banyak memupuk berkah), misalnya Dewa Bumi, dan dewa lainnya yang banyak disembah, sebagian orang menyebutnya sebagai malaikat. Maka itu banyak orang yang memohon berkah dari alam setan, sungguh sesat. Ini umumnya keluar dari mental orang yang suka menyogok, kebiasaan yang suka mengambil keuntungan dari orang lain. Hanya dengan biskuit, potong ayam potong bebek sebagai hadiah persembahan dan mengharapkan kekayaan dari setan.


Ada sebuah kalimat yang tertulis di sebuah kelenteng kuno di Tainan :

Jika setan malaikat yang jujur, mana boleh menerima suap!


Bila kita telah menciptakan karma buruk, harusnya memperbaikinya dari lubuk hati, bertobat dan memperbaiki diri baru dapat mengeliminasi karma, buat apa menghamburkan uang untuk membeli kertas bakar, meneruskan berbuat kesalahan, apakah dengan demikian bisa mengeliminasi karma? Jika setan bisa membuatmu kaya raya dan memberimu berkah, maka dia tak mungkin bisa jatuh ke Alam Setan. Manusia meminta berkah dari setan, adalah ibarat bangsawan meminta uang dan baju kepada pengemis, ini sungguh tak masuk akal. Ibaratnya juga si pengemis juga tak ingin dianggap menakutkan, mereka hanya ingin kita mengerti perasaan mereka, memperlakukan mereka dengan setara, membantu mereka, menuntun mereka dengan Buddha Dharma, agar bisa melepaskan penderitaan buat selama-lamanya.


Hantu juga demikian, hanya ingin mendapat uluran tangan yang tulus, mereka juga takut terluka dan dibenci. Mereka juga tidak ingin kita sogok, mereka hanya butuh kita melafal Amituofo buat mereka, melimpahkan jasa melatih diri untuk mereka, agar mereka dapat secepatnya terlepas dari alam setan dan terlahir ke Alam Sukhavati. Maka itu bila kita melewati kelenteng, kita boleh beranjali melafal Amituofo, memohon agar mereka juga ikut melafal Amituofo, memohon Buddha Amitabha menyelamatkan semuanya, bersama-sama lahir ke Alam Sukhavati, menikmati kebahagiaan buat selama-lamanya.


Bertatap muka dengan hantu, tak perlu merasa aneh dan terkejut, bersikap biasa dan saling menghormati.

Asalkan hati kita memiliki maitri karuna, melafal Amituofo dan melimpahkan jasa, tak perlu menyogok.


Perlu diketahui penderitaan makhluk di enam alam tumimbal lahir, penderitaan lahir, tua, sakit dan mati. Buddha tak rela melihat kita menderita, maka itu setan juga merupakan makhluk yang hendak diselamatkan oleh Buddha, sama dengan kita yang merupakan anak-anak Buddha. Enam alam tumimbal lahir berada dalam ruang yang sama, jadi kalau ketemu bukanlah hal yang aneh, jika kita bertemu orang asing di  jalanan, bukankah ini merupakan hal yang biasa? Setiap harinya kita bertemu dengan makhluk dari Alam Binatang misalnya semut, ayam dan sebagainya, bukankah ini merupakan hal yang biasa?  Maka itu bertemu dengan hantu juga sama halnya, tak perlu merasa aneh dan terkejut, asalkan hati kita ber maitri karuna, melafal Amituofo, saling hormat menghormati, menjalin jodoh Buddha. Jangan ada niat untuk melukai atau membenci sehingga menjalin jodoh buruk. Setan juga adalah calon Buddha, jadi kita harus memiliki rasa hormat dan bersikap baik padanya, namun tak perlu menyogok dan meminta berkah padanya, juga tak perlu berhubungan atau berteman dengannya. Dapat melimpahkan jasa kebajikan agar dirinya terlepas dari penderitaan, inilah yang paling baik.


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai

道證法師 ~ 黑社會變蓮池海會


Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 010



Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu  (bagian 1)
  

Hantu berubah menjadi Cahaya Buddha – Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu.


Sepatah “ucapan hantu”, telah membuat kepanikan manusia, bunga dan rumput jadi berganti warna.


Suatu hari, ada sebuah tempat perkumpulan praktisi Nian-fo kedatangan seorang yang mengaku bisa melihat feng-shui, yin dan yang, bisa melihat hantu, orang ini melihat ada tanaman bonsai yang sedang dipersembahkan kepada Buddha, dengan nada berwibawa dia berkata : “Manusia yang tinggal di sini sedikit, benda ini termasuk unsur yin, orang lain yang memandangnya akan timbul kerisauan, lagipula akan mengundang kedatangan hantu, lebih baik disingkirkan saja”. Di antara umat perkumpulan ternyata ada beberapa yang pengecut dan keyakinan nya yang kurang teguh, begitu mendengar tanaman bonsai termasuk unsur yin, mengundang hantu, segera panik dan ketakutan, padahal awalnya melihat daun-daun nan hijau ini sungguh menyejukkan hati, namun gara-gara tercampurnya perkataan “yin” dan “ada hantu”, langsung menjadi kesan menyeramkan. Pikiran para praktisi pun menjadi kalut, sejenak mereka telah melupakan melafal Amituofo, yang terpikir hanya harus secepatnya menyingkirkan benda yin ini.


Sebersit pikiran melafal Amituofo, hati pun jadi bercahaya, hantu pun jadi terselamatkan.

Menghormati Buddha, juga termasuk benda persembahan pada Buddha, tidak berhak, juga tak berwenang menyingkirkannya.


Salah satu anggota Sangha mengingatkan mereka : “Tanaman bonsai itu adalah persembahan dari umat, karena telah dipersembahkan pada Buddha maka merupakan hak milik Buddha, cahaya Buddha adalah yang paling terang, benda persembahan kepada Nya juga akan memiliki cahaya yang paling terang, bagaimana mungkin ada unsur yin? Kita melafal nama Buddha dengan setulus hati, Buddha juga akan berada bersama kita, bila ada hantu, maka hantunya sejak awal sudah terselamatkan oleh Buddha. Lagipula seorang praktisi Nian-fo seharusnya memiliki hati yang maitri karuna pada hantu, mengapa malah takut pada mereka? Sebagai pengikut Buddha kita harus memiliki pandangan benar, jangan karena mendengar ucapan unsur yin dan yang, segera ingin menyingkirkan benda yang telah dipersembahkan untuk Buddha, bertindak sendiri adalah keangkuhan, tidak memandang kepentingan umat lain.


Walaupun anggota Sangha itu telah menasehati mereka, namun para praktisi yang masih diliputi ketakutan pada hantu, ketika anggota Sangha itu telah pergi, segera memindahkan tanaman bonsai tersebut. Mulanya mereka ingin meminta bantuan tukang kebun, namun begitu mendengar unsur yin, siapapun tak berani menyentuhnya, kemudian meminta bantuan orang lain untuk membuang bonsai ini  ke hutan belukar. Dengan demikian hati mereka jadi lega karena telah menyingkirkan hantu.


Meninjau kembali keyakinan melafal Amituofo


Bagaimana kesan anda  setelah mendengar kisah ini?  Mengapa kita harus membahas masalah ini? Yakni kita harus mengkaji kembali keyakinan diri kita dalam melafal Amituofo. Banyak praktisi yang walaupun mulutnya melafal Amituofo, namun tidak mengenal Buddha Amitabha sehingga tidak memiliki keyakinan.


Buddha Amitabha---Cahaya Tanpa Batas, menyelamatkan hantu yang tak terhitung!


Di dalam sutra tertera bahwa Buddha Amitabha adalah cahaya tanpa batas, dapat menerangi seluruh pelosok yang gelap, juga dapat menyelamatkan para hantu yang tak terhitung jumlahnya. Cahaya tanpa batas Nya Buddha Amitabha juga memiliki kemampuan tiada batas, kebijaksanaan Nya dapat menyelesaikan semua kesulitan. Kita harus memiliki keyakinan ini, barulah dapat sejalan dengan Buddha. Namun jika sebaliknya begitu mendengar bonsai berhantu langsung ketakutan, berarti cahaya Buddha tak sebanding dengan hawa yin bonsai. Pandangan salah ini berarti telah mengabaikan kemampuan Buddha yang tiada batas, bila demikian buat apa masih melafal Amituofo?


Melafal Amituofo namun tidak yakin, berarti channel tidak sesuai.


Bila menggunakan pemikiran yang salah ini dan sikap yang salah untuk melafal Amituofo, tentu saja tak sesuai dengan channel Buddha, ini bukan karena Buddha Amitabha tidak memiliki kekuatan,  namun ini karena anda tidak memiliki keyakinan pada kekuatan Buddha, malah sudi menerima ucapan yang tidak jelas asal usulnya. Maka ini berarti anda mengarahkan channel anda ke arah kegelapan, dan tak terhubung dengan cahaya.


Semua tercipta dari pikiranberpikir positif menciptakan dunia yang indah


Buddha membabarkan bahwa segalanya tercipta dari pikiran, tanaman bonsai itu begitu indah dipandang ketika perasaan manusia sedang senang, setiap daunnya seakan-akan penuh senyuman; bagi praktisi yang di dalam hatinya ada Buddha, maka setiap daun seakan-akan sedang melafal Amituofo dan membabarkan Dharma; hanya orang yang pikirannya gelap, barulah merasa benda itu mengandung unsur yin; orang yang diliputi kebodohan percaya akan ucapan yang tak jelas asal usulnya, melihat bonsai saja bisa ketakutan, ini akibat dari ciptaan pikiran sendiri, yakni “rasa seram”.


Yin dan Yang” adalah pemikiran manusia yang berlawanan, “kategori yin” tidaklah mengerikan.


Sesungguhnya yin dan yang, hanya merupakan pemikiran kita yang saling berlawanan. Bila dikatakan api adalah unsur yang dan air adalah unsur yin, maka jika unsur yin menimbulkan rasa seram maka janganlah minum air lagi.


Sebagian orang beranggapan pria termasuk kategori unsur yang dan wanita adalah unsur yin, bila benda yang berunsur yin harus disingkirkan, bukankah semua wanita juga harus dipindahkan?


Contohnya aliran listrik ada unsur yang dan yin (positif dan negatif), bila unsur yin harus disingkirkan, maka listrik tak bisa mengalir dan alat elektronik juga harus dibuang.


Sejak jaman kuno orang telah beranggapan mentari termasuk unsur yang dan bumi adalah unsur yin, kalau begitu bukankah kita tiap hari berpijak di atas unsur yin, mengapa tidak merasa seram?


Pemikiran awam adalah kehidupan adalah unsur yang dan mati adalah yin. Karena takut mati maka takut pada unsur yin, tapi anehnya tiap hari begitu banyak mayat ayam, bebek, babi yang berunsur yin, kenapa tidak ditakuti? Kenapa tidak takut pada roh mereka?


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai


Kamis, 30 Mei 2013

Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 09




Malapetaka berubah menjadi keselamatan --- Melafal Amituofo terhindar dari kasus pemboman


Ketidakkekalan Dunia


Jika ada insan lain yang menasehati anda :”Dunia ini sungguh tak kekal, nyawa manusia tiada jaminannya, anda sebaiknya sambil jalan sambil melafal Amituofo agar senantiasa terhindar dari malapetaka. Selesai mendengar ucapan ini, anda pasti akan membelalakkan mata anda sejenak , menganggap orang itu kuno sekali.

Di sini saya ingin berbagi pengalaman saya yang sempat selamat dari kasus pemboman, untuk mengingatkan lagi hadirin sekalian agar waktu berjalan maupun sedang berkendara janganlah lupa untuk melafal Amituofo.



Sambil berjalan sambil melafal Amituofo, terhindar dari malapetaka.


Ketika mengunjungi Master Guang-qin, beliau menasehati saya agar senantiasa melafal Amituofo. Namun sungguh disesali, bentuk-bentuk pikiran saya bertumpuk-tumpuk, selalu saja tidak sanggup mengamalkan pesan Master. Tugas seorang dokter sangatlah sibuk, sehingga hanya bisa melatih cara sambil jalan sambil melafal Amituofo, satu langkah satu lafalan “Amituofo”. Cara ini telah menyelamatkan nyawaku, sehingga terlepas dari malapetaka pemboman!



Kasus pemboman karena emosi sesaat


Malam itu adalah malam minggu, ketika saya masih bertugas di Rumah Sakit Ruan Zhong He” di Kaohsiung, sebagai dokter spesialis penyakit dalam. Malam minggu bagi kami bukanlah berarti dapat bersantai, karena harus sibuk menambah ilmu, pihak rumah sakit akan mengundang para profesor terkemuka untuk memberi seminar. Kami akan sibuk sampai lewat pukul 7 malam, dan bersiap-siap pulang rumah, hati sungguh senang karena ingin menikmati masakan mama.


Maka itu sambil berjalan pulang, saya melafal Amituofo, sambil menuruni anak tangga dan ketika sampai di pintu gerbang rumah sakit, tiba-tiba saya menghentikan langkah kaki, teringat pada profesor Liu yang sangat welas asih dan senang berbagi ilmu, malam ini kebetulan beliau sedang ada praktek, karena itu saya jadi ingin membantunya sambil menambah pengetahuan, kemudian saya berniat untuk kembali ke dalam rumah sakit.


Sambil melafal Amituofo, saya berjalan menuju ruang pemeriksaan, baru saja 5 atau 6 langkah masuk kembali ke dalam rumah sakit, tiba-tiba terasa ada seberkas sinar yang kuat, diikuti dengan suara ledakan, ledakan keras ini sempat membuat rongga dada terasa sakit, saya mengira ada yang tak beres dengan listrik di jalanan, makanya tak merasa penasaran dan meneruskan langkahku ke ruang pemeriksaan. Tiba-tiba terdengar jeritan : “Bom rakitan meledak! Ada korban yang mati, ada yang terluka!” Ada insan yang tadinya menunggu mobil jemputan di halaman rumah sakit, perutnya jadi terkoyak, sebagian dokter dan suster juga berlarian dari lantai atas ke bawah karena mengira ada gempa, bahkan plafon gedung juga sempat berjatuhan. Siapa pun tidak mengira kejadian malam minggu yang menggemparkan ini.


  
Kehidupan manusia ada pada pernafasan


Buddha berkata : “Dunia ini tidak kekal, kehidupan manusia ada pada pernafasan”. Bila saja saya berjalan tidak sambil melafal Amituofo, tentu saja akan mengikuti karma sendiri dan meneruskan melangkah keluar dari gedung rumah sakit, dan tubuhku juga akan hancur lebur oleh ledakan bom rakitan itu! Karena ledakan berasal dari salah sepeda motor yang dipakir di depan rumah sakit, ini adalah teror yang dilakukan karena emosi sesaat. Saya tidak memiliki kebiasaan membaca suratkabar jadi tidak mengetahui lebih terperinci, hanya mendengar rekan-rekanku bilang bahwa, di pabrik pupuk Taiwan ada seorang karyawannya yang dulunya pernah menjadi tentara, makanya dia bisa merakit bom, dia tak harmonis dengan rekan kerjanya, dalam hatinya timbul kebencian, maka itu dia merakit beberapa bom, mengaitkan kabel bom ke  lampu sepeda motor, ketika lampu sepeda motor di nyalakan maka bom langsung meledak, kekuatannya bisa menghancurleburkan tubuh manusia.


Mengapa diledakkan di depan rumah sakit? Karena sebelumnya ada seorang karyawan pabrik pupuk Taiwan yang juga terkena ledakan bom di tempat lain dan di opname di rumah sakit ini. Kemudian karyawan musuhnya ini datang ke rumah sakit membesuk temannya yang terluka, namun tak pernah terduga bahwa sepeda motornya telah diisi bom rakitan, waktu berkunjung hari masih terang jadi tidak menyalakan lampu, ketika hendak pulang langit sudah gelap, dan begitu menghidupkan mesin dia segera menyalakan lampu, begitu menyala, tangan dan kakinya pun hancur berterbangan.

  

Kehidupan yang bagaikan mimpi khayalan serta gelembung sabun, buat apa menjalin permusuhan?


Tubuh kita seperti gelembung-gelembung sabun, setiap saat bisa lenyap, kehidupan sementara yang begitu maya ini, mengapa harus digunakan untuk menjalin permusuhan? Meledakkan raga orang lain dan kemudian harus diadili, hukum karma sedikitpun takkan meleset,  apa yang diperbuat itulah yang harus diterima. Sungguh disesali, nyawa yang begitu berharga harus berakhir karena emosi sesaat.


Buddha dan Bodhisattva mengalirkan airmata, tanpa mempedulikan diri Nya sendiri, mengejar sampai ke neraka untuk menyelamatkan anak Nya yang bodoh.

Buddha berkata : “ Kita memiliki rasa cinta, amarah, kebodohan, adalah sama dengan “tiga racun”.  Namun kita selalu suka memakan racun ini sampai nyawa pun harus berakhir. Buddha memperlakukan semua makhluk, yang baik maupun  yang jahat, adalah sama dengan anak tunggalnya. Melihat anaknya yang selalu bertindak bodoh, tidak mau mendengar nasehat dan terus mengoleskan racun ke dalam diri sendiri, Buddha dan Bodhisattva hanya bisa mengalirkan airmata. Tanpa peduli pada diriNya sendiri langsung mengejar anak-anaknya, walau harus sampai ke neraka sekalipun, Dia juga tetap akan menyelamatkan anak-anak Nya, takkan satu pun yang terabaikan, terus menerus menasehati mereka, sampai mereka sudi mencapai pencerahan, meninggalkan penderitaan mencapai kebahagiaan.


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai