Pengalaman mendampingi pasien melafal Amituofo.
Dulu ketika masih menjadi dokter di rumah sakit, saya mendapati banyak pasien, yang tidak bisa menerima lantunan Amituofo, karena mengingatkan mereka pada kematian, maka itu berusaha menolaknya. Lagipula pasien yang sudah parah yang bernafas saja sudah susah, bagaimana bisa melantunkan Amituofo, maka itu saya selalu hanya bisa menyesuaikan diri dengan kemampuan nafas pasien, sehingga mereka melafal keluar sepatah “Amituofo”, serupa dengan kecepatan bicara, dengan cara ini mereka lebih melafal Amituofo. Demi menyesuaikan diri dengan pasien, saya akan merekam lantunan Amituofo yang sedemikian rupa untuk mereka, dan agar praktisi baru tidak merasa irama lantunan terasa menyedihkan, atau merasa sangat monoton, sehingga tak berminat melafalnya, maka itu saya mencoba menggunakan nada lagu favorit mereka, sehingga bagi mereka irama ini kedengaran lebih nyaman dan riang gembira, maka mereka juga jadi senang melafal Amituofo.
Ketika menjalani profesi kedokteran, saya selalu berusaha menasehati agar para pasien mau melafal Amituofo, sepanjang usaha ini tentu bertemu dengan banyak rintangan, kegagalan dan cobaan, perlahan juga saya mulai menyadari kebutuhan memahami perasaan pasien, berusaha untuk memperbaiki demi menggapai kemajuan. Pada akhirnya saya baru menyadari bahwa metode melafal Amituofo adalah metode yang paling disukai oleh para pasien, serta merupakan yang paling mudah dilafal, dan mudah diikuti, saya menggunakan cara ini untuk mendampingi pasien melafal Amituofo sehingga telah mengurangi penggunaan obat anti sakit dan obat tidur. Jujur saja, melafal nama Buddha yang terpenting adalah melafal Amituofo, pakai irama apa saja tak masalah. Seorang praktisi yang dapat menenangkan dan menfokuskan pikirannya, dengan cara atau irama apa saja, dia tetap dapat menenangkan dan menfokuskan pikirannya; sebaliknya praktisi yang tidak dapat menenangkan dan menfokuskan pikirannya, walaupun tinggal di dalam vihara dan memakai lantunan yang khusus, juga tetap akan berkhayal.
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai Mustika Yang Cacat”.