Ujian dalam keseharian --- Mau harga diri? Atau Alam Sukhavati?
Bila kita ingin mengubah kondisi menjadi sesuai keinginan hati, hanya dengan memperkokoh kekuatan tekad kita. Saat mengikuti kebaktian di vihara melafal Amituofo dan bernamaskara pada Buddha, biasanya kita juga melantunkan Gatha “Bertekad lahir ke Alam Sukhavati”, namun begitu keluar dari ruang kebaktian dan bertemu dengan cobaan, maka segera menghamburkan kehidupan dan begitu mempedulikan, dan sangat perhitungan. Menghamburkan kehidupan berarti mati sia-sia di alam saha! Contohnya adalah : anak anda hasil ujiannya jatuh ke nilai yang sangat rendah, jika anda sangat mempedulikan hal ini, merasa sangat kehilangan muka, tidak berani keluar bertemu para sahabat Dharma, khawatir orang akan bertanya : ”Bagaimana hasil ujian anakmu?” Jika anda memiliki pemikiran sedemikian, maka anda perlu baik-baik mengkaji tekad anda untuk terlahir ke Alam Sukhavati.
Tentu saja, harapan agar anak berhasil dalam ujian masuk perguruan tinggi, merupakan hal yang biasa, namun masalahnya ada pada tekad yang bila telah tercampur dengan harga diri, ingin memiliki dan takut kehilangan, menjadi tekad untuk mengejar ketenaran di alam saha, sungguh berlawanan dengan tekad terlahir ke Alam Sukhavati. Sebagian praktisi yang bersungguh-sungguh bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, takkan peduli pada ketenaran dan keuntungan alam saha ini, takkan banyak berharap pada anak-anak, untuk memuaskan harga dirinya.
Dia akan membantu anaknya agar juga bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, agar anaknya memperoleh kebahagiaan sejati, dia akan membantu anaknya mengembangkan keyakinan, tekad serta maitri karuna, agar dia suka membantu orang lain, agar dia bahagia buat selama-lamanya. Baginya, anaknya dapat lulus atau tidak masuk perguruan tinggi bukanlah yang paling penting, karena di dunia ini insan yang dapat memberikan manfaat pada orang lain, belum tentu harus kuliah di universitas! Jujur saja, yang paling terpenting adalah apakah kita mampu menembusi ujian keyakinan dan tekad untuk masuk ke Universitas Alam Sukhavati, ini yang paling terpenting, andaikata diri sendiri sempat mati sia-sia di alam saha dan kemudian berputar lagi di lingkaran tumimbal lahir, maka ini lebih parah daripada tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi!
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : “Kematian Berubah Menjadi Kelahiran”
生活考題—要面子?要極樂?
我們如果希望把境界轉變成如意,只有自己願力忠懇堅強。我們平常是在佛堂念佛拜佛的時候唱念「願往生極樂」,但是一出了佛堂碰到生活考題,馬上就會浪費生命去在乎,去計較。浪費生命就枉死娑婆!比如說:您的兒子大專聯考名落孫山,您心中如果很在乎,覺得沒面子,不敢出去見蓮友,怕人家問起「您兒子考得如何呢?」,有這一種心就要好好檢討自己願生極樂的願。當然,希望兒子考上大學,這一種希求是正常的,可是這一種願一旦有了面子問題,患得患失,就變成了追求娑婆名利的願,和自己往生極樂的願是相違背的。一個願生極樂的人,不會在乎娑婆的名、利,不會去希求孩子,來滿足自己的虛榮心;他會幫助孩子同生極樂國,讓孩子真心快樂,會培養孩子的信心願力和慈悲心,讓他樂意助人,而幫助他永遠究竟快樂,他會認為孩子是不是考上大學不是很重要,因為在這世界上能夠普利眾生的人,未必要去讀大學啊!說實在自己能不能通過極樂大學的信願考試才重要,自己要是枉死娑婆輪迴六道比考不上大學嚴重多了!
摘自 :「枉死」變「往生」
道證法師講述