Setiap hari melantunkan nada terbalik dengan Buddha. Pertengkaran?
Buddha mengajarkan kita untuk melepaskan “kemelekatan pada keakuan”, kita seharusnya melatihnya dengan serius.
Setiap saat kita melindungi “keakuan”, karena diri kita dikritik sebentar saja, maka merasa sangat kehilangan harga diri, sungguh tak bebas, mengharap perhatian dari orang lain, menghormati diriku, menganggap diriku baik, ini sedang memelihara keakuan dan kemelekatan. Buddha mengajarkan kita untuk mengikhlaskan dan merelakan, namun kita malah sebaliknya setiap hari memeliharanya, dan merasa diri sendiri sedang meneladani Buddha, justru setiap hari melantunkan nada terbalik dengan Buddha, bertengkar, hanya saja kita sangat kurang memperhatikan fenomena ini, selalu merasa menjaga harga diri adalah hal yang sepatutnya.
Ini tak perlu diajari, anak kecil saja bisa. Kita dapat memahami, ketika ayahbunda memarahi saudara kita, bukan memarahi diri kita, bukankah setelah mendengarnya kita takkan merasa sedih, namun jika yang kena marah adalah diri kita sendiri, tentu saja akan merasa tidak senang; jika pagi ini bos anda memarahi rekan anda, bukan diri anda, setelah mendengarnya anda tidak merasa kehilangan harga diri, maka itu masalahnya adalah yang kena marah itu adalah “Aku” bukan pada masalah isi amarah.
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : Ujian dari Master Guang Qin
每天和佛唱反調‧抬槓?—
佛教我們放下「我執」,我們卻認真培養
處處保護一個「我」,為了我稍微被人家嫌,就覺得沒有面子,很不自在,希望別人關心我、尊重我、認為我好,這都是在培養我相和我執,佛教導我們要看破放下的,我們反而每天都認真的在培養,還以為自己是在學佛,其實是每天和佛唱反調、抬槓,不過我們自己很少能發現這個現象,總是感覺照顧自己的面子是很應該,很當然的。這不用人教,連小孩子也會。我們可以體會,如果我們的父母在罵我們的兄弟,不是在罵我們自己,是不是我們聽了就不會很難過,假如罵的是我們自己,就比較不歡喜;如果你的上司今天早上是罵你的同事,不是罵你,你聽了就不會感覺沒面子,可見是罵到「我」—這個「我」的問題,不是罵的內容的問題。
摘自 :考古變今用 -道證法師講述