Siapa yang paling rajin?
(Hanya menegurmu beberapa kalimat saja, hatimu langsung tergerak. Ai, ketrampilan anda masih begitu dini!)
Guru memberitahukan padaku, Master Guang Qin setiap pukul 6 pagi, akan mengadakan pengamatan di dalam vihara, beliau akan mengamati siapa yang paling serius dalam bernamaskara pada Buddha dan melafal Amituofo, siapa yang paling pagi bangun untuk melatih diri, maka beliau memanggil murid yang paling rajin datang menghadapnya, kemudian memarahinya bahkan mengeluarkan perkataan yang membuat sang murid merasa difitnah dan tertekan, lakonan Master Guang Qin tampak sangat sungguhan, jika sang murid setelah mendengar ucapan beliau dan tergerak hatinya, bahkan merasa tersinggung, maka Master Guang Qin akan menggeleng-gelengkan kepala, sambil tertawa dan berkata : “Saya mengira kamu amat rajin sekali, hanya beberapa kalimat saja kamu sudah tak tahan, ai! Ketrampilan anda masih terlalu dini!”
Tidak menyadari sedang diuji ---- disebut “tidak tercerah”! (tidak meneladani Buddha!)
Jika Master Guang Qin tidak mengucapkan kalimat terakhir, mungkin saja murid yang kena marah tadi takkan terpikir, ini adalah soal ujian, karena dia tidak menyadari dirinya sedang diuji, tidak mengetahui bahwa Master Guang Qin berbuat begitu karena ingin mengetahui jawaban apa yang diberikan oleh kita, tidak mengetahui bahwa Master sedang ingin mengetahui bagaimana pemahaman dan pengamalan kita pada Buddha Dharma, sengaja berlakon, karena semuanya tidak tahu, maka itu disebut “tidak tercerah”. Tidak memiliki pikiran yang langsung menyadari, inilah ketidaktahuan, kecerobohan. Buddha adalah yang tercerahkan, sedangkan kita senantiasa tidak sadar, yakni tidak meneladani Buddha, Buddha Amitabha adalah “Pencerahan Tanpa Batas”, sedangkan kita selalu tidak tercerahkan, yakni tidak melafal Amituofo. Walaupun bangun paling pagi dan tekun melatih diri, namun setelah berusaha seharian ternyata masih “tak tercerahkan”. Jika demikian sia-sia saja ketrampilan yang dimiliki, ibaratnya rajin sekolah namun gagal dalam ujian!
Mendengar cerita harus bisa mempergunakannya
Ada seorang umat wanita setelah mendengar cerita ini, dia amat bersukacita dan berkata padaku : “Kalau begitu saya sudah mengerti! Suamiku selalu begitu baru bangun pagi sesuka hati memarahi diriku, ucapannya sungguh fitnah, saya selalu mengeluh, tidak tahu pada kelahiran lampau telah berhutang berapa banyak beban amarah padanya? Sekarang saya sudah mengerti, saya akan menganggapnya sebagai Master Guang Qin, setiap pagi mengadakan pengamatan, memberiku soal ujian, dengan demikian, saya akan sangat hidup dengan gembira. Saya akan melewati ujian ini dengan berhasil, bersukacita menuju Alam Sukhavati!”
Umat wanita ini sungguh memiliki pencerahan, setelah mendengar cerita perumpamaan ini langsung dapat mempergunakan dalam kehidupannya, daripada diri saya yang bisa menceritakan, lebih baik dirinya yang begitu mendengar langsung mengerti.
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : Ujian dari Master Guang Qin