Bara api berubah menjadi teratai merah (bagian 4)
Dengan pengalaman melewati penderitaan, menghibur dan membantu insan lain.
Walau bertemu dengan kesulitan apapun, harus lebih gigih melafal Amituofo.
Setelah melewati pembedahan yang berkali-kali, dia masih tetap bersemangat, dengan menggunakan waktu kerja sampingannya, untuk memberikan motivasi pada pasien lain, menasehati mereka agar melafal Amituofo, jangan melakukan pembunuhan. Sebagian sanak keluarga dan kerabatnya tidak rela melihatnya begitu kelelahan, maka tidak mengijinkan dia pergi. Dia memberitahukan saya : “Saya amat menyesali telah membuat para senior menjadi merisaukan diriku”, kemudian dengan nada agak berat dia melanjutkan :”Jujur saja, orang sehat yang merawat orang sakit, tidak akan dapat memahami perasaan pasien. Saya sendiri setelah menderita sakit berkepanjangan, setelah melalui cobaan dan siksaan, mungkin pengalaman saya ini dapat membantu dan menghibur para pasien! Saya sangat beruntung dapat mengenal ajaran Buddha, semoga ceramah Dharma yang pernah saya dengar, juga dapat didengar oleh pasien lain. Walaupun dalam penderitaan, hatiku juga dapat risau dan kalut, melafal Amituofo kadang juga terhenti, namun kemudian betapa pun menderitanya dan banyaknya kerisauan, saya tetap mendisiplinkan diri melakukan kebaktian. Saya akan berkata pada diriku sendiri :”Kamu belum melakukan kebaktian untuk pelimpahan jasa kepada para guru yang menuntun dirimu belajar Dharma”, dengan demikian meredakan kegelisahan, menyemangati diri untuk melakukan kebaktian, melafal Amituofo, membaca sutra, namun ketika meneruskan diri melafal Amituofo, dengan sendirinya hatiku jadi tenang tanpa kerisauan lagi, juga tidak menderita lagi!”
Dengan tujuan awal untuk melimpahkan jasa kebajikan pada para guru yang menuntun dirinya, namun dengan sebuah niat pikiran baik yang timbul, ditambah melafal Amituofo, maka dirinya sendiri yang duluan mendapat manfaat yakni ketenangan dan kebahagiaan.
Dia juga meneruskan dengan berkata : “Sekarang saya tidak memohon pada Buddha dan Bodhisattva agar penyakitku cepat sembuh, hanya berdoa semoga cahaya Buddha memberkati, memberiku kegigihan dan kebijaksanaan untuk dapat menembusi segala kesulitan, juga dapat membantu insan lainnya menembusi semua kesulitan!”
Walaupun nama Amituofo cuma 4 huruf, harusnya tidak susah dilafal, setiap orang bisa melafalnya, walaupun menghadapi cobaan yang bagaimanapun, menyadari maha karuna Buddha Amitabha maka melanjutkan usaha untuk melafal nama Nya. Selama ini hanya kita yang mengabaikan sambutan lengan Buddha Amitabha yang panjang, namun Buddha tak pernah mengabaikan diri kita!
Saya ikhlas menyumbangkan kaki tersebut!
Kondisi keuangan keluarga mereka tidaklah kaya, saat kakinya diamputasi, suaminya meminjam sejumlah uang dari pihak lain untuk membeli sebuah kaki palsu, namun dia malah berkata : “Jika kamu dapat mencari pinjaman sampai seratus ribu dollar, maka ijinkanlah saya menggunakan uang ini untuk diriku sendiri”. Dia memberitahukan padaku : “ Andaikata ada seratus ribu dollar maka saya rela menyumbangkannya, karena satu kaki palsu itu amat berguna, saya rela menyumbangkan kaki palsu tersebut”. Dia menunjuk dua tongkat penopang dan berkata : “Sesungguhnya saya tidak kehilangan satu kaki, malah sebaliknya, saya kelebihan satu kaki lagi!”, ketika dia mengucapkan perkataan ini adalah saat kankernya menyebar sampai ke bagian paru-paru, kemudian setelah menjalani pembedahan dan terapi, wajah tawanya yang merekah sungguh membuat orang sehat menjadi kagum.
Seorang keturunan Tiongkok yang bermungkim di Amerika (yang juga seorang pasien kanker), begitu mendengar ucapan Wang Xue-qin, sangat terharu, langsung larut dalam tangisan dan berkata : “Saya ikhlas memberikan satu kakiku padanya!”, namun Wang Xue-qin telah merasa sangat puas dengan hanya satu kaki saja, dia tetap berniat uang untuk membeli kaki palsu itu untuk disumbangkan keluar!
Dapat menyumbangkan uang ternyata tidak mudah, apalagi dapat menyumbangkan satu kaki lebih sulit lagi. Manusia lebih suka karena dirinya sendiri ingin makan makanan bergizi, maka memotong kaki hewan untuk dikonsumsi, ingin makhluk lain menyumbangkan kakinya untuk dirinya sendiri, mana mungkin sudi menyumbangkan kakinya sendiri untuk insan lain?
Keluarga kami lebih harmonis dari sebelum kakiku diamputasi
Dia berkata : “Walaupun kami tidak banyak uang, namun keluarga kami kini lebih harmonis daripada ketika kakiku belum diamputasi”. Praktisi Nian-fo dalam kelahiran ini juga dapat hidup di Alam Sukhavati”, dalam kondisi kebahagiaan Alam Sukhavati.
Untuk memotivasi dirinya agar mau membaca Amitabha Sutra, saya mengadakan perjanjian dengannya : “Ketika anda sudah bisa menghapal Amitabha Sutra, barulah kita bersama-sama melakukan namaskara ke atas gunung, untuk melimpahkan jasa kepada semua pasien penderita kanker”.
Kemudian seluruh anggota keluarganya menemaninya menghapal Amitabha Sutra, putrinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar juga memotivasi dirinya: ”Jika mama dapat menghapal Amitabha Sutra tanpa ada kesalahan, saya akan menghadiahkan 500 yuan buat mama”. Sambil bekerja sambil menghapal sutra, atau melafal Amituofo, sampai malam hari ketika semua anggota keluarga pulang rumah, maka dia mulai menghapal sutra untuk didengar mereka, sampai pada suatu hari ketika dia mampu menghapal tanpa ada kesalahan, dia berkata : “Kami sekeluarga semuanya amat bersukacita!”. Sambil menghapal sutra sambil membuat kerajinan tangan, sampai penghasilannya menjadi 4000 dollar, dan dipersembahkan kepada Tri Ratna.
Mereka sekeluarga dalam kondisi ketika dirinya menderita penyakit kanker yang parah, semuanya masih begitu optimis menuju ke arah yang cemerlang, bersukacita melalui kehidupan ini, sungguh tidak mudah. Dia berkata : “Jika setiap hari saya hanya berbaring di tempat tidur, mengeluh, orang yang menjaga diriku juga akan tertekan dan menderita, walaupun mereka pergi ke tempat kerja atau ke sekolah juga tidak bisa merasa tenang, lama kelamaan juga akan timbul kerisauan, maka itu saya tegar dan bersukacita merawat diriku sendiri, memberikan kepada insan lain ketenangan dan keyakinan!”
Sungguh, diri sendiri dapat tegar dan bersukacita berarti memperlakukan orang lain dengan maitri karuna.
Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai